Jumat, 30 Mei 2008

Knowledge Gap


Knowledge Gap

Ketika saya memberikan seminar tentang 'innovation & creativity', selalu saya katakan 'curiosity' (rasa ingin tahu) adalah kunci penting untuk dapat mengembangkan kreativitas kita. Nah, rasa ingin tahu ini sebenarnya apa ?

Kalau anda melihat anak kecil, mereka selalu mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu ini, ingin tahu itu. Mereka akan selalu menanyakan ini itu, 'Kenapa daun berwarna hijau', 'Air laut terasa asin', 'Langit berwarna biru', bahkan seperti pertanyaan bodoh, 'Benda kok jatuh nya ke bawah ya'.

Rasa ingin tahu ini sebenarnya punya teori yang disebut sebagai 'the gap theory' atau 'teori tentang jarak'. 'Gap theory' ini berkata bahwa sebenarnya rasa ingin tahu timbul karena ada 'knowledge gap'. Yakni pengetahuan kita tentang sesuatu yang tidak lengkap/terpotong. Kalau anda tahu sesuatu, lalu anda ingin tahu hal lain sebagai kelanjutannya itu dinamakan sebagai 'knowlwdge gap'. Misal anda membaca cerita detektif, dan ingin tahu setelah ini apa, lalu setelah itu apa. Ini yang dinamakan sebagai 'knowlwdge gap'.

Ternyata 'knowledge gap' ini yang mendorong manusia untuk bergosip ria. Tak salah kalau di TV-TV banyak tayangan infotainment yang berisi sebagian informasi para artis. "Tahu nggak dia kemarin ketahuan jalan bareng dengan seorang cewek di mall sana. Apakah dia sekarang mulai pacaran sama dia ya ?", kata presenter. Informasi pacaran, kawin, cerai dan lainnya menimbulkan rasa ingin tahu pemirsa. Kenapa ? Karena kita mengenal artis-artis tersebut dan tahu sebagian informasi tentang mereka, sehingga timbul ingin tahu kelanjutannya seperti apa.

Dulu ada film seri 'Alfred Hitchock', film misteri dan detektif yang selalu kita ingin tahu akhir ceritanya. 'Ending'nya selalu aneh-aneh, tidak tertebak. Tidak hanya di film misteri atau detektif, tapi juga sering demikian pada iklan-iklan tertentu. Misal suatu hari ada iklan satu halaman penuh, hanya berisi kalimat, "Anda ingin beruntung ?". Dan besoknya baru ada iklan penjelasannya. Ini menimbulkan rasa ingin tahu untuk menunggu iklan yang akan datang.

Tentu saja setiap manusia berbeda. Kalau orang itu pada dasarnya punya pengetahuan yang luas, maka dia memiliki rasa ingin tahu yang besar pula. Jadi kalau dia tahu sesuatu dan ingin mengetahui kelanjutannya, maka ini menimbulkan rasa ingin tahu.

Jadi kalau kita ingin membuat orang lain tertarik dengan cerita, iklan, kampanye atau komunikasi kita caranya adalah membuka sebuah celah dulu, memberikan sebagian informasi dulu. Setelah mereka menjadi tahu 'sebagian' informasi tersebut, mereka pasti ingin tahu 'sebagian' yang lain. Dan pada akhirnya mereka menunggu informasi untuk menutup sebagian pengetahuan itu.

The Curse of Knowledge


The Curse Of Knowledge

Anda mungkin pernah mendengar seorang pakar yang berbicara di sebuah media massa. Dia pandai sekali. Bergelar professor dan sudah menulis 10 buku. Namun pemaparannya sungguh tidak dimengerti oleh kita. Atau anda ingat waktu kuliah, ada seorang dosen anda yang sudah belajar ke Amerika, Inggris dan Jepang. Sudah banyak pula literatur yang ditulis. Jelas dia pandai sekali. Namun ketika di kelas anda sering tertidur karena tidak memahami kuliahnya. "Omong apa sih dia," gumam anda ketika anda mengikuti kuliahnya.

Atau pada kesempatan lain anda pernah bertemu dengan bos/pimpinan manajemen yang berbicara dengan banyak kosa kata dan istilah-istilah yang tidak umum. Struktur kalimatnya juga rumit. Seperti mereka berkata, "Kita harus menyatukan persepsi pengetahuan kita dan memperbaiki kinerja perusahaan untuk mencapai titik kulminasi..." dan lainnya.

Kalau anda perhatikan kenapa hal itu bisa terjadi ? Adakah yang salah pada teknik komunikasinya di sini ? Ya, ini semua terjadi karena 'kutukan pengetahuan' atau 'the curse of knowledge'. Ketika anda mengetahui sesuatu secara keseluruhan dan anda ingin menjelaskan hal ini kepada orang lain; mahasiswa, bawahan, pemirsa TV, anda menganggap mereka juga punya pengetahuan dan latar belakang yang sama dengan anda. Sehingga anda menjelaskan dengan kosa kata dan istilah yang menurut anda wajar, tapi bagi yang lain adalah membingungkan.

Saya sering berseminar, saya juga sering mengajar. Ini adalah hal yang selalu saya coba hindari. Saya mengganggap mereka tidak punya pengetahuan dan latar belakang sayang sama dengan saya. Kareanya saya mencoba menceritakan dengan kosa kata dan struktur kalimat yang sederhana. Ini supaya audience mudah memahaminya.

Jadi para pimpinan, para pengajar alangkah baiknya untuk menghilangkan asumsi bahwa pendengar mempunyai latar belakang dan pengetahuan yang sama. Dengan ini kita bisa menghindari kutukan pengetahuan atau 'the curse of knowledge'. Dan selalu mencoba berbicara dalam bahasa yang sama dengan audience kita.

Selasa, 06 Mei 2008

Sparring versus AMG (again....)

Pada hari sabtu kemarin, tanggal 3 Mei 2008, Stan Volleyball Club (SVC) mengadakan sparring/latih tanding dengan tim dari Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG). Pertandingan persahabatan ini berlangsung di dalam Gedung G dan dimulai pada pukul 14.00 WIS (Waktu Indonesia STAN). Anggota SVC cukup banyak yang datang : Dimas, Hafiz, Adi, Samid, Lenox, Slamet, Hendor, dan kawan-kawan. Sedangkan tim AMG sendiri terdiri dari sekitar belasan orang berpotongan cepak dan seorang makhluk manis.

Kali ini SVC mengalami kemengangan telak, dengan menyapu habis 5 set permainan. Hal ini tak lepas dari fitnya dua toser utama SVC, Lenox dan Samid. Tehnik dan skill anak-anakSVC sendiri tidak mengalami penurunan yang cukup signifikan, walaupun SVC selama lebih dari dua bulan terakhir tidak mengadakan latihan rutin. Hal ini mempengaruhi teamplay selama pertandingan. Sering terjadi miskomunikasi dalam receive maupun kesalahan posisi ketika bertahan.

Pertemuan SVC berikutnya dijadwalkan pada besok hari Sabtu, tanggal 10 Mei 2008, dengan agenda latihan rutin dan reorganisasi pengurus SVC, dengan lokasi di gedung G.

Make Money Here!!!