Rabu, 23 April 2008

Yang Muda yang Bersinar : Lailatul Aisyah

Lailatul Aisyah; Enam Bulan Absen, Tak Takut Tinggal Kelas

Gresik Petrokimia tak pernah berhenti menelurkan pemain muda di ajang voli nasional. Setelah menelurkan Maya Kurnia Indri, kini ada satu nama moncer lagi di Proliga 2008. Dialah open spiker Lailatul Aisyah. Pembawaan Lailatul Aisyah masih kekanakan tanpa pernah menyimpan senyum dari bibirnya. Namun, penampilannya di lapangan seolah bertolak belakang. Dia begitu serius mengembalikan bola-bola luar sebagai open spiker.

"Sejak awal, saya memang diarahkan menjadi open spiker. Ternyata, saya menikmatinya," ungkap Laila, sapaan karib Lailatul Aisyah. Perkenalannya dengan bola voli bukannya tak disengaja. Ismanto, guru olahraga SMP Gresik, tempat Laila menuntut ilmu, menyarankan muridnya itu belajar voli. Malah, dia langsung menunjuk Klub Voli Petrokimia sebagai tempat paling tepat untuk menimba ilmu.

Mendengar usul tersebut, Laila tak langsung menurut. Dia berhasrat bisa menjadi model.

"Teman-teman saya bilang bahwa saya berpotensi jadi model. Sebab, tinggi saya mencapai 175 cm," ungkapnya.

Banyaknya acara televisi yang menawarkan peluang menjadi model juga pernah mengurangi keyakinannya bermain voli. Namun, banyak sekali ganjalan untuk perjalanan di catwalk tersebut.

"Ya, sudah saya daftar ke Petro. Waktu itu, saya kelas dua SMP," ungkap perempuan kelahiran Gresik, Jawa Timur, 30 Maret 1992, tersebut.

Eh, setelah mengenal bola voli, Laila malah ketagihan untuk berlatih saat siang dan sore. Baru setahun belajar teknik voli bersama pemain junior, putri pasangan Mulyono dengan Sunarni itu mendapatkan kesempatan berlatih bersama tim senior Petro.

"Saya tak menyangka jika dipanggil oleh Pak Hanafi yang jadi pelatih tim senior. Wong masih setahun belajar, kok sudah bisa bergabung," ungkap Laila.

Namun, banyaknya pemain senior yang dimiliki oleh Petro itu membuat Laila belum dipercaya memperkuat tim tersebut pada Proliga 2006 maupun 2007. Kesempatan emas baru datang setelah Petro kehilangan banyak pemain. Seperti, Dwi Sari Iswaningsih yang kembali pada Jakarta BNI Taplus dan beberapa pemain yang hengkang ke Surabaya Bank Jatim pada Proliga 2008.

Konsekuensi yang dituainya pun demikian berat. Di bawah besutan Qi Lixia, Laila harus menggenjot latihan pagi dan sore di GOR Tri Dharma, Gresik. "Sampai-sampai, saya nggak bisa sekolah. Sejak enam bulan lalu, saya absen ikut pelajaran di sekolah," jelasnya.

Padahal, sebagai penduduk asli Kota Pudak, Laila bersekolah di SMAN 1 Manyar, Gresik. "Ya itu tadi, jadwal latihan sangat padat, apalagi mendekati Proliga. Setiap pagi, sore, pagi lagi, sore lagi," imbuhnya.

Untung, sekolah memberikan dispensasi terhadapnya. Apalagi, Laila memperkuat Gresik dalam even-even kejuaraan daerah sejak 2006 dengan mengantarkan kota itu sebagai runner-up.

"Mudah-mudahan, setelah saya ikut Proliga, mereka lebih maklum," harap dia.

Tak takut tinggal kelas? "Kan ada teman-teman. Kalau masih bisa nyontek, aman," lanjutnya.

Kini, meski baru satu musim memperkuat Petrokimia, Laila berkeinginan bisa melaju ke final. Bagaimana peluang menjadi juara? "Tidak mudah. Sebab, Surabaya Bank Jatim kuat sekali," imbuh dia.

Meski menganggap Bank Jatim sebagai tim kuat, pemain favoritnya bukanlah Srikandi juara bertahan Proliga tersebut. Dia sangat tertarik dengan Siti Nurjanah, pemain senior yang kini memperkuat Jakarta BNI Taplus.

"Saya suka sekali lihat permainan Mbak Inung (sapaan karib Siti Nurjanah, Red). Bahkan, sebelum masuk tim senior, saya ngefans kepadanya," ucapnya.

Sebagai punggawa muda, dia berkeinginan mengikuti jejak mantan pemain nasional tersebut. "Kalau bisa, secepatnya masuk timnas. Sehingga, saya bisa menambah pengalaman," ucapnya.


Lailatul Aisyah
Lahir: Gresik, 30 Maret 1992
Orang tua: Mulyono/Sunarni
Posisi: open spiker
Klub: Gresik Petrokimia
Prestasi:
- Runner-up Kejurda 2006

sumber: jawapos.com

0 tanggapan:

Make Money Here!!!